PENDIDIKAN

Jumat, 10 Mei 2013

expesitori

Penerapan Teori Belajar Bermakna dengan
 Metode Ekspositori

Dosen Pengampu: Bp. Lukman Harun


Disusun oleh :
Dedi Kiswoyo                            (11310292)
Ronny Suprianto                        (11310317)
Tiara Risrahartika                       (11310289)
Tutus Andhi  Widiantoro           (11310170)



Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI Semarang
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran konsep cenderung dan kebanyakan masih menggunakan metode ceramah yang cenderung membosankan, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain belum melakukan yang namanya pengajaran bermakna, hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis(Direktorat PLP, 2002) menurut pendapat oleh Peter Sheal(1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) hanya mengandalkan “penglihatan” dan “pendengaran”, dimana dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang lebih 50%, selain itu sedikitnya guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran serta kurangnya guru dalam mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang diharapkan. Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih bertindak pasif hanya dengan melihat dan mendengarkan penjelasan guru di depan kelas.
Melihat hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan ke arah pencapaian pendidikan pada umumnya, dan tujuan pembelajaran pada khususnya. Pembelajaran hendaknya lebih bervariasi metode, model maupun strateginya  guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan Metode Ekspositori menjadi salah satu pilihan dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran.



B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas,kita bisa memunculkan beberapa pertanyaan yang penting untuk dibahas diantaranya:

  1. Teori belajar apa yang relevan dengan metode ekspositori?
  2. Apakah pengertian metode ekspositori?
  3. Apakah yang menjadi karakteristik metode ekspositori?
  4. Apa sajakah prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode ekspositori?
  5. Apa sajakah tahapan dalam metode ekspositori?
  6. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan metode ekspositori?
  7. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan metode ekspositori?
C.    Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui teori belajar yang relevan dengan metode ekspositori
  2. Memahami pengertian metode ekspositori.
  3. Mengetahui tahapan-tahapan dalam pelaksanaan metode ekspositori.
  4. Mengetahui karakteristik metode ekspositori.
  5. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pelaksanaan metode ekspositori.
  6. Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode ekspositori.
  7. Mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan metode ekspositori.






BAB II
PEMBAHASAN
A.                Teori Belajar Mengajar Matematika yang Relevan dengan Metode Ekspositori
Teori belajar mengajar matematika yang relevan dengan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika antara lain :
Teori Ausubel
David Ausubel, termasuk ke dalam aliran tingkah laku. Ia terkenal dengan belajar bermaknanya dan penting adanya pengulangan sebelum pelajaran dimulai. Ausubel membedakan belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar menerima bentuk akhir dari yang diajarkan itu diberikan sedangkan pada belajar menemukan , bentuk akhir itu harus dicari oleh siswa. Misal, bila kita mengajarkan rumus akar persamaan kuadrat, pada belajar menerima rumus akar persamaan kuadrat itu diberitahukan. Sedangkan pada belajar menemukan, rumus itu harus ditemukan oleh siswa.
Ausubel juga membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Belajar menghafal , siswa belajar melalui menghafalkan apa yang sudah diperoleh. Belajar bermakna bermakna adalah belajar yang untuk meahami apa yang sudah diperolehnya itu dikaitkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya itu lebih bermakna.
Ausubel berpendapat bahwa baik belajar menemukan maupun belajar menerima ( dengan metode ekspositori) , kedua-duanya dapat menjadi belajar mengafal atau belajar bermakna.
Pada tahun lima puluhan banyak pendidik matematika berpendapat bahwa metode ekspositori (ceramah) itu hanya menyebabkan siswa belajar menghafal yang tidak banyak makna (tanpa banyak mengerti). Karena pengajaran matematika (modern) meng utamakan antara lain kepada pengertian daripada kepada caranvil menyelesaikan soal, maka pada tahun enampuluhan metode itu diganti sebagian oleh metode baru misalnya dengan laboraturium, penemuan,dan permainan.
Tetapi D.P. Ausubel percaya bahwa cara ekspositori (ceramah) itu tidak sejelek seperti yang dituduhkan orang. Malahan sebaliknya ia percaya bahwa cara ceramah itu merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien yang dapat menyebabkan siswa belajar secara bermakna. Sebaiknya. metode baru seperti laboratorium, penemuan, permainan dan semacamnya itu : dapat menyebabkan pengajaran tidak efektif, tidak efisien, dan bila tidak hati-hati dapat ngawur. Karena itu ia berperdapat cara-cara ini supaya jarang dipakai. Meskipun demikian ia menyetujui pengajaran yang menggunakan metode: pemecahan masalah, inkuiri, dan metode belajar yang dapat menumbuhkan berfikir kreatif dan kritis; mengajarkan materi yang berguna bagi menghadapi kehidupan, Peningkatan kebudayaan dan ketrampilan dasar pada umumnya.
Contoh : dalam mempelajari konsep dalil pyhtagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk terakhir  + sudah disajikan (belajar menerima), tetapi siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku; jadi ia belajar secara bermakna. Siswa lain memahami  +  dari pencarian ( belajar menemukan ) , tetapi bila ia hanya menghafalkan  +  tanpa dikaitkan dengan sisi-sisi segitiga siku-siku, maka terjadinya ia menghafal.
Teori Gagne
Dalam belajar matematika ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung antara lain adalah : kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri ( belajar, bekerja, dan lain-lain ), bersikap positif terhadap matematika, tahu bagaimana semestinya belajar.
Objek langsung adalah fakta, keterampilan, konsep dan prinsip.
· Fakta . Contoh fakta adalah : angka/lambang bilangan, sudut, ruas garis, symbol notasi
· Keterampilan, keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat, Misalnya : Membagi sebuah ruas garis yang sama panjang, melakukan pembagian cara singkat, dll
· Konsep, adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan bukan contoh.
· Prinsip, prinsip adalah objek yang paling abstrak, dapat berupa sifat, dalil, teori, dll.

B.    Pengertian Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab (Suyitno, 2004:4)
Dalam sistem ini guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga peserta didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara teratur dan tertib (Rusyan, 1989:178).
Pendekatan metode ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan yang dikenal dengan istilah metode ceramah (Sugandi, 2004:73).
Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang diberikannya pada saat diberi pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang diberikan oleh guru dalam interaksinya dengan siswa adalah komuniksai satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar siswa kurang optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Roy Killen (dalam Wina Sanjaya) menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction), karena dalam hal ini siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena itu metode ekspositori lebih menekankan pada proses bertutur, maka sering juga dinamakan metode “chalk and talk”.
Wina Sanjaya (2008:179) menyatakan bahwa: “metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach)”.  Dikatakan demikian sebab guru memegang peran sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik siswa (academic achievement student).
Berbeda dengan Wina Sanjaya(2008:179), Sugandi (2004:73) menyatakan  Pendekatan metode ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan  ilmu pengetahuan  kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan yang dikenal dengan istilah metode ceramah (Sugandi, 2004:73).
Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru serta mengungkapkan  kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang diberikannya pada saat diberi pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang diberikan oleh guru dalam interaksinya dengan siswa adalah komuniksai satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar siswa kurang optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam  memberikan  informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
C.    Karakteristik Metode Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori, antara lain:
  1. Dilakukan dengan cara penyampaian materi secara verbal.
  2. Materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu.
  3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri, artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
D.    Prinsip-prinsip Metode Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2008:181) dalam penggunaan metode ekspositori terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap guru, antara lain:
  1. Berorientasi pada Tujuan
Walaupun dalam penyampaian materi pelajaran merupakan cirri utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini.
2.      Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seorang/kelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang telah diorganisir dan disusun dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi, guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.
3.      Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” merupakan salah satu hubungan belajar. Inti dari hukum ini adalah guru harus terlebih dahulu memposisikan siswa dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis untu menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimannya.
4.      Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
E.    Tahap Pelaksanaan Metode Ekspositori
Pada pelaksanaannya metode ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan, secara garis besar digambarkan oleh Wina Sanjaya(2008) sebagai berikut:
a.    Persiapan(preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan yaitu:
  1. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
  2. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
  3. Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa.
  4. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.

b.    Penyajian(presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sisuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini diantaranya: penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap hidup dan menyenangkan.
c.    Korelasi(correlation)
Tahap  korelasi adalah  langkah yang dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d.    Menyimpulkan(generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberi keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang diajarkan, dan membuat maping atau pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
e.         Mengaplikasikan(aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori. Sebab melaui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.
F.    Kelebihan dan Kelemahan Metode Ekspositori
Kelebihan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a.     Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b.     Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.      Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.     Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar
Kelemahan
Di samping memiliki kelebihan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
a.     Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
b.     Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c.      Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d.     Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.


G.     Faktor Pendukung Metode Ekspositori
1.     Teknik menjelaskan
a.     Pengertian Menjelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisir dengan sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu pesan dengan pesan yang lainnya, sehingga tercapailah suatu pemahaman yang diinginkan.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh atau dapat mempengaruhi siswa melalui penjelasan dan perkataan yang disampaikannya,sehingga kadangkala siswa menuruti apa yang diutarakan oleh guru, dengan kata lain siswa mempercayai bahwa penjelasan dari guru itu benar, misalnya dalam memberikan fakta, ide atau pendapat. Oleh karena itu penjelasan guru haruslah tidak rancu dimana bisa mengakibatkan salah pengertian bagi siswa. Hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru sehingga bermakna bagi siswa.
b.     Tujuan Memberikan Penjelasan
  • Membimbing siswa untuk dapat memahami ilmu pengetahuan secara objektif dan bernalar
  • Melatih siswa untuk senantiasa berkonsentrasi dalam menyimak penjelasan guru sehingga melibatkan mereka untuk berpikir sambil memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
  • Untuk mendapat respon dan timbal balik siswa mengenai tingkat pemahamannya serta untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
  • Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah tersebut.
c.      Perlunya Ketrampilan Menjelaskan dikuasai oleh Guru
  • Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa
  • Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi murid,tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan karena gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal ini tercermin dalam ucapan guru: “penerangan Ibu sudah jelas,bukan?”. Oleh karena itu kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisa tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan penjelasan.
  • Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut
  • Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diberikan.
d.     Macam-macam Teknik Menjelaskan
  • Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini sesuai dengan bahan atau materi yang akan disampaikan kepada siswa. Kadangkala pertanyaan juga dipandang sebagai pertanyaan dengan maksud agar perhatian siswa terpusat pada bahan pelajaran yang akan disampaikan. Dan biasanya siswa jika dihadapkan  dengan suatu pertanyaan mereka akan takut jika tidak bisa menjawabnya. Oleh karena itu mereka akan selalu mengulangi bahan yang telah disampaikan untuk mempersiapkan diri jika suatu saat guru menanyakannya dalam kelas (sewaktu berlangsungnya jam pelajaran).
  • Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru dapat terjawab oleh siswa. Dengan berbagai teknik bertanya secara tidak langsung berarti siswa dapat memiliki sebagian bahan pelajaran yang akan diberikan oleh guru di kelas. Sehingga guru harus menjelaskan dengan memberikan keterangan secukupnya terhadap sebagian lain pelajaran yang direncanakan.
  • Memberikan Contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru dapat ditingkatkan melalui pemberian contoh yang jelas dan nyata yang sedapat mungkin diambil dari kehidupan sehari-hari yang sekiranya mudah dicerna atau dipahami oleh siswa tersebut. Pemberian contoh yang dikaitkan dengan proses pengambilan kesimpulan dan dari pengambilan kesimpulan dikembangkan dengan contoh yang lebih dalam akan memberikan penjelasan yang efektif dan efisien. Sehingga memudahkan siswa dalam merangkaikan pikirannya untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
e.     Komponen-komponen Ketrampilan Menjelaskan
  • Merencanakan
Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang menerima pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan atau materi meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan,penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
  • Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
-   Kejelasan : Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan menghindari ucapan-ucapan seperti: ”ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”, ”seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak
-   Penggunaan contoh dan ilustrasi : dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
-   Pemberian tekanan : dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan dengan baik,anak-anak. Yang ini agak sukar”.
-   Penggunan balikan : “guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau ketidakjelasan ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti: “apakah anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu tadi?” dan sebagainya.

2.     Teknik bertanya
a.   Pengertian Bertanya
Menurut Sumiati dan Asra menyatakan bahwa “bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan”.
Menurut Bown dalam Hasibuan(1994) menyatakan bahwa, “bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa”
b.   Komponen-komponen Teknik Bertanya
Komponen-komponen teknik bertanya menurut Turney(1975), antara lain:
Ø  Teknik bertanya dasar(menuntut siswa mengingat kembali informasi yang telah diterimanya), adapun yang termasuk komponennya yaitu:
-   Pengajuan pertanyaan jelas dan singkat.
-   Pemberian acuan.
-   Pemusatan pertanyaan.
-   Pemindahan giliran.
-   Penyebaran giliran.
-   Pemberian waktu tunggu.
-   Pemberian penguatan.
-   Pemberian tuntunan.
·       Teknik bertanya lanjut(menuntut siswa agar dapat mengembangkan ketrampilan berpikirnya)
-   Pengubahan tuntutan tingkatan berpikir (dari BTD ke BTT)
-   Pengaturan urutan pertanyaan berdasarkan tingkatan kognitif (taksonomi Bloom)
-   Penggunaan pertanyaan pelacak (mengklarifikasi, berargumentasi, menguji ketepatan/relevansi, memberi contoh, memprediksi)
-   Peningkatan interaksi antarsiswa.
c.   Manfaat Bertanya bagi siswa
Bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan manfaat tersendiri bagi siswa, antara lain:
  • Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
  • Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
  • Menuntun proses berfikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
  • Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.
  • Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
d.   Pentingnya Ketrampilan Bertanya bagi Guru
Terdapat 3 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai ketrampilan bertanya, antara lain:
  • Pada umumnya guru  masih mendominasi kelas dengan metode ceramahnya.
  • Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam.
  • Adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
e.   Jenis-jenis Pertanyaan Berdasarkan Pola Interaksi Guru-Siswa
  • Pertanyaan Probing(melacak atau menggali)
  • Pertanyaan Prompting(menuntun)
  • Pertanyaan Redirecting(melengkapi)
  • Pertanyaan Compliance(permintaan)
  • Pertanyaan Retoric(tidak menghendaki jawaban siswa)
f.      Kriteria Pertanyaan  yang Baik
  • Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
  • Memberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
  • Terfokus pada suatu masalah atau tugas tertentu.
  • Memberi waktu berpikir yang cukup.
  • Ditujukan kepada seluruh siswa agar terjadi pemerataan.
  • Menuntun siswa agar dapat menemukan sendiri jawabannya.
  • Disajikan guru dengan perangai wajah (mimik) ramah dan menyenangkan.
g.   Dampak Positif Pengembangan Teknik Bertanya dalam Pembelajaran
  • Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar
  • Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
  • Mengembangkan kemampuan berpikir siswa
  • Melatih kemampuan berkomunikasi siswa
  • Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
3.     Manajemen kelas
a.   Pengertian Manajemen kelas
Menurut Pidarta seperti yang telah dikutip oleh Saiful Bakhri, mengatakan bahwa “manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara system/organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan, bakat dan energinya, pada beberapa tugas individualnya”.
Menurut  Sudirman, bahwa “manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena itu kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan interaksi edukatif, maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru”.
b.   Fungsi dan Tujuan Manajemen Kelas
Fungsi  :Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Tujuan  : Agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
c.   Pendekatan Manajemen Kelas
  • Pendekatan kekuasaan.
  • Pendekatan ancaman.
  • Pendekatan kebebasan.
  • Pendekatan resep.
  • Pendekatan tingkahlaku.
  • Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial.
  • Pendekatan ekletik dan pluralistic.
d.   Prinsip Manajemen Kelas
  • Hangat dan antusias
  •  Tantangan
  • Bervariasi
  • Keluwesan
  • Penekanan pada hal hal positif
  • Penanaman disiplin diri
e.   Komponen Ketrampilan Manajemen Kelas
·       Ketrampilan  yang  berhubungan dengan  penciptaan  dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (preventif) :
-   Sikap tanggap
-   Memandang seksama
-   Gerak mendekati
-   Memberi pernyataan
-    Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
-   Pemusatan Perhatian Kelompok
-   Memberi tanda
-   Pertanggungan jawab
-   Pengarahan danPetunjuk yang jelas
-   Penghentian
-   Penguatan
-   Kelancaran
·       Keterampilan yang berhubungan dengan  pengembangan  kondisi belajar yang optimal
-   Modifikasi tingkah laku
-   Pendekatan pemecahan masalah kelompok
-   Menemukan dan memecahkantingkah lakuyang menimbulkan masalah
BAB III
PENUTUP 
Kesimpulan
Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab (Suyitno, 2004:4)
Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori, antara lain:
  1. Dilakukan dengan cara penyampaian materi secara verbal.
  2. Materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu.
  3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri, artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Pada pelaksanaannya metode ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan, secara garis besar digambarkan oleh Wina Sanjaya(2008) sebagai berikut:
  1. Persiapan(preparation)
  2. Penyajian(presentation)
  3. Korelasi(correlation)
  4. Menyimpulkan(generalization)
  5. Mengaplikasikan(aplication)
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1.   Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2.   Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3.   Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4.   Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar
Di samping memiliki kelebihan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
  1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
  2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
  3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
  4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
Terdapat 3 faktor pendukung dalam pelaksanaan metode ekspositori, antara lain:
  1. Teknik Menjelaskan
  2. Teknik Bertanya
  3. Manajemen Kelas


Daftar Pustaka

Ernest, P. 1991. The Philosophy of Methematics Education. London: Falmer.
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK.
Krismanto, al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dal Pembelajaran Matematika. Makalah pelatihan Instruktur/pengembang SMU tanggal 28 Juli s.d 10 Agusus 2003 di PPPG Matematika Yogyakarta.
Resnick, Lauren B dan Ford Wendy W. 1981. The Psychology of Mathematics For Instruction. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Pt.
Ruseffendi. 1988. Pengantar Kepada Guru Membantu Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.