Penerapan
Teori Belajar Bermakna dengan
Metode Ekspositori
Dosen Pengampu:
Bp. Lukman Harun
Disusun
oleh :
Dedi
Kiswoyo (11310292)
Ronny
Suprianto (11310317)
Tiara
Risrahartika (11310289)
Tutus
Andhi Widiantoro (11310170)
Pendidikan
Matematika
Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP
PGRI Semarang
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran konsep cenderung dan
kebanyakan masih menggunakan metode ceramah yang cenderung membosankan,
sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu
kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir
siswa, atau dengan kata lain belum melakukan yang namanya pengajaran bermakna,
hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya metode yang digunakan
kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit
ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis(Direktorat PLP,
2002) menurut pendapat oleh Peter Sheal(1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman
Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) hanya mengandalkan “penglihatan” dan
“pendengaran”, dimana dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap
kurang lebih 50%, selain itu sedikitnya guru yang menggunakan alat bantu
pembelajaran serta kurangnya guru dalam mengkaitkan materi dengan kehidupan
sehari-hari, sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum
seperti yang diharapkan. Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah
siswa lebih bertindak pasif hanya dengan melihat dan mendengarkan penjelasan
guru di depan kelas.
Melihat hal tersebut di atas, perlu
adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan ke arah
pencapaian pendidikan pada umumnya, dan tujuan pembelajaran pada khususnya.
Pembelajaran hendaknya lebih bervariasi metode, model maupun strateginya
guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan
memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan
Metode Ekspositori menjadi salah satu pilihan dalam menyampaikan materi guna
mencapai tujuan pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas,kita
bisa memunculkan beberapa pertanyaan yang penting untuk dibahas diantaranya:
- Teori belajar apa yang relevan dengan metode ekspositori?
- Apakah pengertian metode ekspositori?
- Apakah yang menjadi karakteristik metode ekspositori?
- Apa sajakah prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode ekspositori?
- Apa sajakah tahapan dalam metode ekspositori?
- Apa sajakah kelebihan dan kelemahan metode ekspositori?
- Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan metode ekspositori?
C.
Tujuan Penulisan
- Mengetahui teori belajar yang relevan dengan metode ekspositori
- Memahami pengertian metode ekspositori.
- Mengetahui tahapan-tahapan dalam pelaksanaan metode ekspositori.
- Mengetahui karakteristik metode ekspositori.
- Mengetahui prinsip-prinsip dalam pelaksanaan metode ekspositori.
- Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode ekspositori.
- Mengetahui faktor pendukung dalam pelaksanaan metode ekspositori.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Belajar Mengajar Matematika yang Relevan dengan Metode Ekspositori
Teori belajar mengajar matematika
yang relevan dengan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika antara
lain :
Teori Ausubel
David
Ausubel, termasuk ke dalam aliran tingkah laku. Ia terkenal dengan belajar
bermaknanya dan penting adanya pengulangan sebelum pelajaran dimulai. Ausubel
membedakan belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar menerima
bentuk akhir dari yang diajarkan itu diberikan sedangkan pada belajar menemukan
, bentuk akhir itu harus dicari oleh siswa. Misal, bila kita mengajarkan rumus
akar persamaan kuadrat, pada belajar menerima rumus akar persamaan kuadrat itu
diberitahukan. Sedangkan pada belajar menemukan, rumus itu harus ditemukan oleh
siswa.
Ausubel juga
membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Belajar menghafal
, siswa belajar melalui menghafalkan apa yang sudah diperoleh. Belajar bermakna
bermakna adalah belajar yang untuk meahami apa yang sudah diperolehnya itu
dikaitkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya itu lebih bermakna.
Ausubel berpendapat bahwa baik
belajar menemukan maupun belajar menerima ( dengan metode ekspositori) ,
kedua-duanya dapat menjadi belajar mengafal atau belajar bermakna.
Pada tahun lima puluhan banyak
pendidik matematika berpendapat bahwa metode ekspositori (ceramah) itu hanya
menyebabkan siswa belajar menghafal yang tidak banyak makna (tanpa banyak
mengerti). Karena pengajaran matematika (modern) meng utamakan antara lain
kepada pengertian daripada kepada caranvil menyelesaikan soal, maka pada tahun enampuluhan
metode itu diganti sebagian oleh metode baru misalnya dengan laboraturium,
penemuan,dan permainan.
Tetapi D.P. Ausubel percaya bahwa
cara ekspositori (ceramah) itu tidak sejelek seperti yang dituduhkan orang.
Malahan sebaliknya ia percaya bahwa cara ceramah itu merupakan cara mengajar
yang paling efektif dan efisien yang dapat menyebabkan siswa belajar secara
bermakna. Sebaiknya. metode baru seperti laboratorium, penemuan, permainan dan
semacamnya itu : dapat menyebabkan pengajaran tidak efektif, tidak efisien, dan
bila tidak hati-hati dapat ngawur. Karena itu ia berperdapat cara-cara ini
supaya jarang dipakai. Meskipun demikian ia menyetujui pengajaran yang
menggunakan metode: pemecahan masalah, inkuiri, dan metode belajar yang dapat
menumbuhkan berfikir kreatif dan kritis; mengajarkan materi yang berguna bagi
menghadapi kehidupan, Peningkatan kebudayaan dan ketrampilan dasar pada
umumnya.
Contoh : dalam mempelajari konsep
dalil pyhtagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk terakhir
+
sudah disajikan (belajar menerima), tetapi siswa
memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku;
jadi ia belajar secara bermakna. Siswa lain memahami
+
dari pencarian ( belajar menemukan )
, tetapi bila ia hanya menghafalkan
+
tanpa dikaitkan dengan sisi-sisi
segitiga siku-siku, maka terjadinya ia menghafal.
Teori Gagne
Dalam belajar matematika ada 2 objek
yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek tidak langsung. Objek
tidak langsung antara lain adalah : kemampuan menyelidiki dan memecahkan
masalah, mandiri ( belajar, bekerja, dan lain-lain ), bersikap positif terhadap
matematika, tahu bagaimana semestinya belajar.
Objek langsung adalah fakta,
keterampilan, konsep dan prinsip.
· Fakta . Contoh fakta adalah :
angka/lambang bilangan, sudut, ruas garis, symbol notasi
· Keterampilan, keterampilan adalah kemampuan
memberikan jawaban yang benar dan cepat, Misalnya : Membagi sebuah ruas garis
yang sama panjang, melakukan pembagian cara singkat, dll
· Konsep, adalah ide abstrak yang memungkinkan
kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan bukan contoh.
· Prinsip, prinsip adalah objek yang paling
abstrak, dapat berupa sifat, dalil, teori, dll.
B. Pengertian
Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah cara
penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara
berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya
jawab (Suyitno, 2004:4)
Dalam sistem ini guru menyajikan
bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap
sehingga peserta didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara teratur dan
tertib (Rusyan, 1989:178).
Pendekatan metode ekspositori
bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan
dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakikat mengajar menurut pandangan ini
adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai
objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Biasanya guru menyampaikan
informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan
secara lisan yang dikenal dengan istilah metode ceramah (Sugandi, 2004:73).
Dalam pendekatan ini siswa
diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru
serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang
diberikannya pada saat diberi pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang diberikan
oleh guru dalam interaksinya dengan siswa adalah komuniksai satu arah atau
komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar siswa kurang
optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sekali-kali
bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan
penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik,
dan lain-lain disamping memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan.
Roy Killen (dalam Wina Sanjaya)
menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung
(Direct Instruction), karena dalam hal ini siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena itu metode
ekspositori lebih menekankan pada proses bertutur, maka sering juga dinamakan
metode “chalk and talk”.
Wina Sanjaya (2008:179) menyatakan
bahwa: “metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach)”. Dikatakan demikian
sebab guru memegang peran sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan
materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah
kemampuan akademik siswa (academic achievement student).
Berbeda dengan Wina
Sanjaya(2008:179), Sugandi (2004:73) menyatakan Pendekatan metode
ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran
pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru. Hakikat mengajar menurut
pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa.
Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru.
Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk
penjelasan dan penuturan secara lisan yang dikenal dengan istilah metode
ceramah (Sugandi, 2004:73).
Dalam pendekatan ini siswa
diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh
guru serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui
respon yang diberikannya pada saat diberi pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang
diberikan oleh guru dalam interaksinya dengan siswa adalah komuniksai satu arah
atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar siswa
kurang optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan
sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif biasanya dalam
memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu
seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
C. Karakteristik
Metode Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori,
antara lain:
- Dilakukan dengan cara penyampaian materi secara verbal.
- Materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu.
- Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri, artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
D. Prinsip-prinsip
Metode Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2008:181)
dalam penggunaan metode ekspositori terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang
harus diperhatikan oleh setiap guru, antara lain:
- Berorientasi pada Tujuan
Walaupun dalam penyampaian materi
pelajaran merupakan cirri utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus
menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan metode ini.
2.
Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan
sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari
seseorang (sumber pesan) kepada seorang/kelompok orang (penerima pesan). Pesan
yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang telah
diorganisir dan disusun dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi, guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai
penerima pesan.
3.
Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme,
“kesiapan” merupakan salah satu hubungan belajar. Inti dari hukum ini adalah
guru harus terlebih dahulu memposisikan siswa dalam keadaan siap, baik secara
fisik maupun psikis untu menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran, manakala
siswa belum siap untuk menerimannya.
4.
Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori
harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih
lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk
waktu selanjutnya.
E. Tahap
Pelaksanaan Metode Ekspositori
Pada pelaksanaannya metode
ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan, secara garis besar
digambarkan oleh Wina Sanjaya(2008) sebagai berikut:
a.
Persiapan(preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori,
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada langkah persiapan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan yaitu:
- Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
- Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
- Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa.
- Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
b.
Penyajian(presentation)
Tahap
penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sisuai dengan persiapan
yang telah dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana
materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh
sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah
ini diantaranya: penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata dengan
siswa, serta menggunakan kemampuan guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap
hidup dan menyenangkan.
c.
Korelasi(correlation)
Tahap
korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan
yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan
berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d.
Menyimpulkan(generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk
memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab melalui
langkah menyimpulkan, siswa dapat mengambil intisari dari proses penyajian.
Menyimpulkan berarti pula memberi keyakinan kepada siswa tentang kebenaran
suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru.
Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang
menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan
materi yang diajarkan, dan membuat maping atau pemetaan keterkaitan antar
pokok-pokok materi.
e.
Mengaplikasikan(aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk
kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan
langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori. Sebab melaui
langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa
dilakukan pada langkah ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan,
serta dengan memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh
siswa.
F. Kelebihan dan
Kelemahan Metode Ekspositori
Kelebihan
Strategi pembelajaran ekspositori
merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini
disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a.
Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
b.
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
c.
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar
Kelemahan
Di samping memiliki kelebihan,
strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
a.
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
b.
Strategi ini
tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
c.
Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
d.
Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi),
dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
G. Faktor
Pendukung Metode Ekspositori
1. Teknik
menjelaskan
a. Pengertian
Menjelaskan
Menjelaskan adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisir dengan sistematis untuk menunjukkan
adanya hubungan antara satu pesan dengan pesan yang lainnya, sehingga
tercapailah suatu pemahaman yang diinginkan.
Penyampaian informasi yang terencana
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah
satu aspek yang penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa di
dalam kelas. Dan biasanya guru lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai
pengaruh atau dapat mempengaruhi siswa melalui penjelasan dan perkataan yang
disampaikannya,sehingga kadangkala siswa menuruti apa yang diutarakan oleh
guru, dengan kata lain siswa mempercayai bahwa penjelasan dari guru itu benar,
misalnya dalam memberikan fakta, ide atau pendapat. Oleh karena itu penjelasan
guru haruslah tidak rancu dimana bisa mengakibatkan salah pengertian bagi
siswa. Hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar
tercapai hasil yang optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru sehingga
bermakna bagi siswa.
b. Tujuan
Memberikan Penjelasan
- Membimbing siswa untuk dapat memahami ilmu pengetahuan secara objektif dan bernalar
- Melatih siswa untuk senantiasa berkonsentrasi dalam menyimak penjelasan guru sehingga melibatkan mereka untuk berpikir sambil memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
- Untuk mendapat respon dan timbal balik siswa mengenai tingkat pemahamannya serta untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
- Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah tersebut.
c. Perlunya
Ketrampilan Menjelaskan dikuasai oleh Guru
- Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa
- Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi murid,tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan karena gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal ini tercermin dalam ucapan guru: “penerangan Ibu sudah jelas,bukan?”. Oleh karena itu kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisa tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan penjelasan.
- Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut
- Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diberikan.
d.
Macam-macam
Teknik Menjelaskan
- Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran
dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini sesuai dengan bahan atau materi
yang akan disampaikan kepada siswa. Kadangkala pertanyaan juga dipandang
sebagai pertanyaan dengan maksud agar perhatian siswa terpusat pada bahan
pelajaran yang akan disampaikan. Dan biasanya siswa jika dihadapkan
dengan suatu pertanyaan mereka akan takut jika tidak bisa menjawabnya. Oleh
karena itu mereka akan selalu mengulangi bahan yang telah disampaikan untuk
mempersiapkan diri jika suatu saat guru menanyakannya dalam kelas (sewaktu berlangsungnya
jam pelajaran).
- Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru dapat terjawab
oleh siswa. Dengan berbagai teknik bertanya secara tidak langsung berarti siswa
dapat memiliki sebagian bahan pelajaran yang akan diberikan oleh guru di kelas.
Sehingga guru harus menjelaskan dengan memberikan keterangan secukupnya
terhadap sebagian lain pelajaran yang direncanakan.
- Memberikan Contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru
dapat ditingkatkan melalui pemberian contoh yang jelas dan nyata yang sedapat
mungkin diambil dari kehidupan sehari-hari yang sekiranya mudah dicerna atau
dipahami oleh siswa tersebut. Pemberian contoh yang dikaitkan dengan proses
pengambilan kesimpulan dan dari pengambilan kesimpulan dikembangkan dengan
contoh yang lebih dalam akan memberikan penjelasan yang efektif dan efisien.
Sehingga memudahkan siswa dalam merangkaikan pikirannya untuk mencapai
pemahaman yang mendalam.
e. Komponen-komponen
Ketrampilan Menjelaskan
- Merencanakan
Penjelasan yang diberikan guru perlu
direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan yang
menerima pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan atau materi meliputi
penganalisaan masalah secara keseluruhan,penentuan jenis hubungan yang ada
diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan generalisasi yang sesuai dengan
hubungan yang telah ditentukan.
- Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat
ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Kejelasan : Penjelasan hendaknya
diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa dan
menghindari ucapan-ucapan seperti: ”ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”,
”seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak
- Penggunaan contoh dan ilustrasi : dalam
memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya
dengan sesuatu yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
- Pemberian tekanan : dalam memberikan
penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah-masalah pokok
dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah” atau
“perhatikan dengan baik,anak-anak. Yang ini agak sukar”.
- Penggunan balikan : “guru hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau
ketidakjelasan ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan seperti: “apakah anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu
tadi?” dan sebagainya.
2. Teknik
bertanya
a. Pengertian
Bertanya
Menurut Sumiati dan Asra menyatakan
bahwa “bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang
dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal
yang merupakan hasil pertimbangan”.
Menurut Bown dalam Hasibuan(1994)
menyatakan bahwa, “bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau
menciptakan ilmu pada diri siswa”
b. Komponen-komponen
Teknik Bertanya
Komponen-komponen teknik bertanya menurut
Turney(1975), antara lain:
Ø Teknik bertanya
dasar(menuntut siswa mengingat kembali informasi yang telah diterimanya),
adapun yang termasuk komponennya yaitu:
- Pengajuan pertanyaan jelas dan singkat.
- Pemberian acuan.
- Pemusatan pertanyaan.
- Pemindahan giliran.
- Penyebaran giliran.
- Pemberian waktu tunggu.
- Pemberian penguatan.
- Pemberian tuntunan.
·
Teknik bertanya lanjut(menuntut siswa agar dapat
mengembangkan ketrampilan berpikirnya)
- Pengubahan tuntutan tingkatan berpikir
(dari BTD ke BTT)
- Pengaturan urutan pertanyaan berdasarkan
tingkatan kognitif (taksonomi Bloom)
- Penggunaan pertanyaan pelacak
(mengklarifikasi, berargumentasi, menguji ketepatan/relevansi, memberi contoh,
memprediksi)
- Peningkatan interaksi antarsiswa.
c. Manfaat
Bertanya bagi siswa
Bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan
yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan
manfaat tersendiri bagi siswa, antara lain:
- Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
- Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
- Menuntun proses berfikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
- Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.
- Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
d.
Pentingnya
Ketrampilan Bertanya bagi Guru
Terdapat 3 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai
ketrampilan bertanya, antara lain:
- Pada umumnya guru masih mendominasi kelas dengan metode ceramahnya.
- Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam.
- Adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
e. Jenis-jenis
Pertanyaan Berdasarkan Pola Interaksi Guru-Siswa
- Pertanyaan Probing(melacak atau menggali)
- Pertanyaan Prompting(menuntun)
- Pertanyaan Redirecting(melengkapi)
- Pertanyaan Compliance(permintaan)
- Pertanyaan Retoric(tidak menghendaki jawaban siswa)
f. Kriteria
Pertanyaan yang Baik
- Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
- Memberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
- Terfokus pada suatu masalah atau tugas tertentu.
- Memberi waktu berpikir yang cukup.
- Ditujukan kepada seluruh siswa agar terjadi pemerataan.
- Menuntun siswa agar dapat menemukan sendiri jawabannya.
- Disajikan guru dengan perangai wajah (mimik) ramah dan menyenangkan.
g. Dampak
Positif Pengembangan Teknik Bertanya dalam Pembelajaran
- Meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar
- Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
- Mengembangkan kemampuan berpikir siswa
- Melatih kemampuan berkomunikasi siswa
- Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
3. Manajemen
kelas
a. Pengertian
Manajemen kelas
Menurut Pidarta seperti yang telah
dikutip oleh Saiful Bakhri, mengatakan bahwa “manajemen kelas adalah proses
seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem kelas. Ini berarti
guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara system/organisasi kelas,
sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan, bakat dan energinya, pada
beberapa tugas individualnya”.
Menurut Sudirman, bahwa
“manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena itu
kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan
interaksi edukatif, maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak
didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru”.
b. Fungsi dan
Tujuan Manajemen Kelas
Fungsi :Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.
Tujuan : Agar setiap anak di kelas dapat bekerja
dengan tertib, sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
c. Pendekatan
Manajemen Kelas
- Pendekatan kekuasaan.
- Pendekatan ancaman.
- Pendekatan kebebasan.
- Pendekatan resep.
- Pendekatan tingkahlaku.
- Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial.
- Pendekatan ekletik dan pluralistic.
d. Prinsip
Manajemen Kelas
- Hangat dan antusias
- Tantangan
- Bervariasi
- Keluwesan
- Penekanan pada hal hal positif
- Penanaman disiplin diri
e. Komponen
Ketrampilan Manajemen Kelas
·
Ketrampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (preventif) :
- Sikap tanggap
- Memandang seksama
- Gerak mendekati
- Memberi pernyataan
- Memberi reaksi terhadap gangguan
dan ketakacuhan
- Pemusatan Perhatian Kelompok
- Memberi tanda
- Pertanggungan jawab
- Pengarahan danPetunjuk yang jelas
- Penghentian
- Penguatan
- Kelancaran
·
Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal
- Modifikasi tingkah laku
- Pendekatan pemecahan masalah kelompok
- Menemukan dan memecahkantingkah lakuyang
menimbulkan masalah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode ekspositori adalah cara
penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara
berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya
jawab (Suyitno, 2004:4)
Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori,
antara lain:
- Dilakukan dengan cara penyampaian materi secara verbal.
- Materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu.
- Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu sendiri, artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Pada pelaksanaannya metode
ekspositori memiliki prosedur-prosedur pelaksanaan, secara garis besar
digambarkan oleh Wina Sanjaya(2008) sebagai berikut:
- Persiapan(preparation)
- Penyajian(presentation)
- Korelasi(correlation)
- Menyimpulkan(generalization)
- Mengaplikasikan(aplication)
Strategi pembelajaran ekspositori
merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini
disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1.
Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
2.
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
3.
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4.
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar
Di samping memiliki kelebihan, strategi ekspositori
juga memiliki kelemahan, di antaranya:
- Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
- Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
- Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
- Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
Terdapat 3 faktor pendukung dalam pelaksanaan metode
ekspositori, antara lain:
- Teknik Menjelaskan
- Teknik Bertanya
- Manajemen Kelas
Daftar
Pustaka
Ernest, P. 1991. The Philosophy of Methematics Education. London:
Falmer.
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar
Belajar Matematika. Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK.
Krismanto, al. 2003. Beberapa
Teknik, Model, dan Strategi dal Pembelajaran Matematika. Makalah pelatihan
Instruktur/pengembang SMU tanggal 28 Juli s.d 10 Agusus 2003 di PPPG Matematika
Yogyakarta.
Resnick, Lauren B dan Ford Wendy
W. 1981. The Psychology of Mathematics For Instruction. New Jersey :
Lawrence Erlbaum Associates, Pt.
Ruseffendi. 1988. Pengantar
Kepada Guru Membantu Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika
untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Siroj, Rusdy A. Cara
Seseorang Memperoleh Pengetahuan Dan Implikasinya Pada
Pembelajaran Matematika. tersedia Pada http://www.depdiknas.go.id/jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm.